Feb 3, 2016

K-Rut von Putih : The cat that changed my mind.

Niat belajar nulis lagi berawal dari postingan Rumah Ronin tentang kompetisi bercerita bertema I bless the day I found you. Syaratnya cukup sederhana, hanya 2 paragraf, dan bercerita tentang kucing yang sudah mengubah hidup penulisnya.

Liatin anak-anak satu per satu....dan tentunya, topik tulisan saya tak jauh dari Pak K-Rut, kepala keluarga The KRuts.

Tak perlu waktu lama untuk menulis tentang pak K-Rut karena jari-jemari seolah sudah memiliki tenaga dan ide mereka untuk mengetik. Semua hal tentang K-Rut ingin saya tuangkan di tulisan itu, namun... yah, batas 2 paragraf membuat saya mengurungkan niat (padahal ide spontan juga mentok di dua paragraf itu)

Nunggu pengumuman juga sambil lalu karena niat ikut kompetisi juga cuma iseng....sampai akhirnya ada notifikasi dari aa Naga kalau tulisan saya masuk salah satu dari lima tulisan terpilih.. yay! 

Pengumuman lengkap bisa diintip di web ini

Tentang pak K-Rut, ini lhoooo tulisannya.... *tsah*




Dia datang bersama ibu dan 3 saudaranya. Paling kecil, paling lemah, dan paling sering dijadikan bahan becandaan oleh saudara-saudaranya, mungkin karena sifatnya yg kalem atau memang dia penakut. Suara hujan dan petir membuatnya selalu berlindung di dekat ibunya, bahkan ketakutan akan hujan terbawa sampai sekarang. Pertumbuhannya pun cenderung lebih lambat padahal ia pejantan satu-satunya di keluarga ibu Putih.

Siapa sangka ia sekarang menjadi kepala keluarga The K-Ruts, keluarga besar beranggotakan 9 kucing dengan karakter masing-masing. Sobekan dan lubang di telinga kanan kirinya membuktikan bahwa ia mau berjuang mempertahankan dominasinya. Penurut, seolah ia tahu bahwa apa yg dilakukan kepadanya hanya semata untuk kebaikan dan kesehatannya. He is the reason why I started being a cat lover. K-Rut von Putih, my first love. My precious.

Nov 8, 2015

Ayo #DolanMuseum !

Minggu lalu, daripada gulang-guling gak jelas di rumah, saya iseng hadir di acara talkshow "Ayo #DolanMuseum !" yang diselenggarakan oleh Museum Ranggawarsita. Tertarik dengan topik dan tahu bahwa pembicara yang diundang bukan main-main, ada Mas Rukardi (wartawan Suara Merdeka, pegiat Sejarah), Mbak Ami (Mbak Museum 2012), dan Mbak Devi (blogger, traveler). 

Hm.. pertanyaan menggelitik yang dilontarkan oleh host adalah: "Kapan terakhir kali anda ke museum?". Deg! Kapan ya? Susah menggali memori, ternyata terakhir kali saya mengunjungi museum adalah Museum Sudirman di Magelang sekitar bulan Mei. Lumayan lah ya, gak terlalu lama dibandingkan dengan beberapa orang yang sampai gak inget kapan terakhir kali mengunjungi museum :)

Diawali dengan sharing singkat dari Mas Rukardi tentang keuntungan mengunjungi museum, yaitu untuk mengatahui pencapaian-pencapaian di masa lampau, termasuk kearifan masyarakat pada masa itu. Sedangkan menurut mbak Ami, mengadakan acara pribadi (sepanjang diizinkan) di museum juga termasuk salah satu cara untuk menggaet minat pengunjung. Hmm.. bener juga ya, walo istilahnya jadi semacam "dipaksa". Lalu Mbak Devi yang memulai sharingnya dengan video singkat tentang museum, berpendapat bahwa mengunjungi museum bisa menumbuhkan kecintaan terhadap budaya dan sejarah, menambah pengetahuan kita sehingga kita menjadi smart(er) traveler.


Anyway, dari kesan yang saya tangkap, talkshow ini bertujuan untuk menggali pendapat audiens tentang mengunjungi museum. Terbukti, dari beberapa orang yang berkesempatan untuk menyampaikan uneg-uneg mereka, garis besarnya sama: Museum kesannya kuno, jadul, membosankan. Pengunjung ke museum biasanya datang karena terpaksa, diwajibkan oleh instansi atau sekolah. Pernyataan ini diperkuat oleh Pak Steven, kepala museum Ranggawarsita yang memaparkan data pengunjung museum, kebanyakan memang didominasi oleh siswa-siswa sekolah. Uhm.. *jleb

Sesi curhat ini tidak berhenti di sini, masih ada lanjutannya. Apa sih yang diinginkan dari (calon) pengunjung museum? Admin akun IG @exploresemarang (*zonk! lupa namanya..) mengatakan, sudah waktunya museum mulai diblow up di sosial media. Share foto di museum sebanyak-banyaknya agar orang menjadi penasaran dan datang ke museum. Museum juga harus berbenah. Penataan koleksi museum dibuat lebih modern, dan dilengkapi dengan informasi terkini dalam bentuk teks atau barcode sehingga pengunjung dapat dengan mudah memperoleh informasi.

Nah, iya. I couldn't agree more. Informasi yang menyertai koleksi museum hanya tertulis di secarik kertas, dengan font minimalis. Tidak menarik. Penggunaan barcode atau QR code akan menarik rasa penasaran pengunjung untuk mengakses informasi dari gadget sendiri. Ah kan, jd inget kota bernama Izhevsk di negara antah berantah yang menyertakan QR code di setiap monumen..

Talkshow ini membuka rangkaian acara Museum Mart yang diselenggarakan tanggal 2-6 November 2015 di Museum Ranggawarsita. Hm.. tulisan saya tentang Museum Mart akan segera muncul..



*usir virus malas*