May 17, 2014

Her Royal Highness Avika von Putih

Pagi itu, beberapa saat setelah badan berbulu menghela nafas panjang, yang ternyata merupakan nafas panjang terakhirnya lalu terkulai, ingatanku mengembara kembali kepada suatu siang, sekitar awal April 2011..

---
Sepulang dari bepergian, kutemukan 3 ekor anak kucing berbulu putih dengan corak kecoklatan di pojok rumah.. setelah menunggu beberapa saat, ternyata induk anak-anak itu masih membawa seekor lagi. Total, ada 4 anak kucing yang dibawa Ibu Putih, kucing tetangga yang sering numpang tidur dan tentu saja makan di rumah kontrakan kami. Kami? Ya, aku dan ARdi memang berbagi rumah kontrakan dengan berbagai pertimbangan dan alasan. 

Setelah mendapat persetujuan dari penghuni lain (ya cuma si Ardi sih sebenarnya), resmilah Ibu Putih dan keempat anaknya tinggal bersama kami. Beberapa hari kemudian keempat anak ini resmi bernama Sleepy, Rattle, Bundel, dan K-Rut.




Kenapa dinamakan demikian?
Sleepy, anak betina yang paling besar, selalu kelihatan paling banyak tidur
Rattle, betina berekor panjang seperti Sleepy, paling sering keluyuran di sekitar rumah dan paling sering ilang
Bundel, betina dengan ekor pendek, dalam bahasa jawa, buntut Bundel.
dan satu-satunya jantan berbadan paling kecil, dengan corak kerutan di dahi, kami beri nama K-Rut.

Seiring dengan perjalanan kami belajar hidup bersama kucing, banyak hal yang kami tidak tahu. Memberi makan ibu Putih pun secara seadanya, padahal ternyata kucing menyusui membutuhkan asupan gizi yang lebih dari biasa.

Singkat cerita, mereka tumbuh makin besar dan Ibu Putih pun akhirnya menyapih keempat remaja ini. Ketiga saudaranya nampak tidak keberatan ketika ibu mereka semakin jarang pulang dan mereka harus belajar makan dry food, pindang, atau apapun yang kami sediakan. Hanya Bundel yang terlihat sedih, dan sering bersuara memanggil-manggil ibunya sampai sekitar 2 minggu setelah ditinggal ibunya.

Hingga pada suatu saat, beberapa bulan setelah itu, kami memutuskan untuk "melepasliarkan" Rattle dan Sleepy karena kondisi kami yang tidak memungkinkan untuk memelihara 4 kucing remaja beranjak dewasa. Ah, ini pertama kalinya kami melepasliarkan kucing, dan semoga yang terakhir kalinya :((


Desember 2011, Bundel, kucing betina yang super bandel dan susah dilarang, sempat sakit dengan perut sedikit membesar. Kami bawa ke vet terdekat dan diagnosa-nya hanya kembung. Seminggu kemudian, kami dikejutkan dengan kelahiran 4 anak kucing, ya, ternyata Bundel hamil. Waduh, untung saja keempat anaknya lahir dengan selamat walaupun vet sempat salah diagnosa.

Beberapa minggu setelah kelahiran keempat anaknya, Bundel makin jarang makan dan mulai mengurus. Puncaknya, kutemukan dia di teras rumah dalam keadaan lemas, bahkan matanya pun tidak bereaksi. Panik..kami bawa dia ke dalam rumah, kami hangatkan badannya, bahkan kami pakai minyak kayu putih juga. Paling parah, kami beri parasetamol (DAN TERNYATA INI BERBAHAYA UNTUK KUCING!!!!). Ketidaktahuan kami bercampur dengan kepanikan kami terhadap Bundel, juga panik karena masih ada 4 anak yang harus disusuinya.  Mungkin karena merasa tidak enak badan, frekuensi menyusui anak-anaknya pun makin berkurang dan ternyata ini berakibat fatal... ada bagian perut Bundel yang terkena abses! Duh, nak, sakitmu kog ya macem-macemmm..

Hampir 3 minggu kami bolak-balik ke vet untuk perawatan intensif demi penyembuhan abses ini, 3 minggu pula kami harus menyuapi dan memberi susu anak-anak Bundel karena selama masa pengobatannya Bundel tidak boleh menyusui anak-anaknya..3 minggu pula kami bergelut dengan emosi, karena anak-anak Bundel juga akhirnya jatuh sakit dan hanya satu yang survive, tumbuh menjadi kucing supergendut nan manja.

Kami sempat bercanda, "Gimana kalau nama Bundel diganti saja. Mungkin dia sakit tuh karena dia gak suka sama namanya." Hmm.. gak ada salahnya juga kan, kl kucing cantik kog namanya Bundel. Akhirnya, resmilah dia bernama Bundel Avika, dengan nama panggilan Avika. Bukan tanpa alasan, waktu itu lagi musim iklan "Avikaaa... iyaaaa..." :)))

Percaya tidak percaya, dia sembuh! Sehat, walau berat badannya sempat naik turun.

---
Kupandangi lagi makhluk coklat berbulu yang lunglai di pelukanku...

Mama Avika yang telah melalui banyak hal, termasuk mengkonsumsi parasetamol yang sebenarnya beracun, ternyata memilih untuk beristirahat. Aku tahu dia telah berjuang mengatasi penyakitnya, berjuang untuk tetap menelan makanan dan obat, dan berjuang untuk tetap menemani kami, sampai pada akhirnya menungguku bangun hanya untuk berpamitan.

Mama Avika yang anggun, selalu mengalah memberikan makanannya pada anggota keluarga yang lain, untuk kemudian makan paling akhir..


Rest in peace, dear Avika.

Avika di Griya Satwa Lestari


No comments:

Post a Comment